"الله جميل يحبّ الجمال"

Allah Itu Indah, Mencintai Keindahan

Sabtu, 06 Juni 2009

UTSMAN BIN AFFAN BERSAMA RASULULLAH

MAKALAH

UTSMAN BIN AFFAN BERSAMA RASULULLAH

Diajukan untuk memenuhi tugas (Uts) mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam“

Yang dibimbing oleh Bapak Umar Bukhory

PRODI PBA

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PAMEKASAN

2009


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah penulis ucapkan puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada kendala apapun.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kejahilan menuju alam yang terang menderang.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah sejarah peradaban islam Bpk Umar Bukhory yang telah banyak membagi ilmu dan pengalamannya kepada kami, sehingga makalah yang berjudul „“UTSMAN BIN AFFAN BERSAMA RASULULLAH“ dapat terselesaikan.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya, Amien ya rabbal alamin.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Utsman bin Affan adalah sahabat yang tergolong orang yang mula- mula masuk Islam. Salah orang yamg yang di jamin masuk surga, dan salah satu dari enam orang yang di tunjuk Umar ra menjadi tim Syura (untuk memilih pengganti Umar ) setelah rasulullah wafat. Ia rela kepada mereka. Dan beliau adalah seorang yang menyatukan umat islam dalam satu mushaf Al Quran ( yang di kenal sebagai mushaf Utsmani). Beliau juga termasuk seorang saudagar yang kaya tetapi dermawan, beliau adalah pedagang kain yamg kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna untuk mendapatkan ridho Allah SWT.: yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam.

Di samping itu, beliau pernah di perintahkan rasulullah SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka, dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang, dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan rasulnya.

Suasana sempat tegang, ketika Utsman bin Affan tak kunjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar ridzwan (bersiap untuk mati bersama) demi menyelamatkan Utsman, namun hal itu tidak terjadi, karena Abu sofyan mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan nabi muhammad SAW. Hasil perundingannya di kenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas berkaitan dengan Utsman bin Affan bersama Rasulullah adalah sebagai berikut:

  1. Biografi Utsman bin Affan
  2. Akhlak dan keistimewaan utsman bin affan
  3. Keutamaan dan Kepribadian Utsman bin Affan
  4. Kedermawanannya dalam perang tabuk

C. Tujuan

Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui sejarah Utsman bin Affan bersama Rasulullah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Utsman bin Affan

Utsman bin Affan (sekitar 574 – 656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ketiga, nama lengkap beliau adalah : Utsman bin Affan Al-amawi Al-Quraisy, berasal dari bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun gajah , kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasulullah SAW. nama panggilan beliau adalah Abu Abdullah dan gelarnya Dzun Nurain (yang punya dua cahaya). Digelari Dzun Nurain karena Rasulullah menikahkan dua putrinya dengan Utsman, yaitu Ruqoyyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata : sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu. “dari pernikahannya dengan Ruqoyyah, lahirlah anak-anak laki-laki tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur enam tahun pada tahun empat hijriyah”. Dan nama ibu beliau adalah : Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi al-Syam bin Abdi al-Manaf.[1]

Utsman bin Affan masuk Islam pada usia tiga puluh tahun atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsa. Dan Abu Bakar pernah berkata kepadanya: “Alangkah bahagia kau Utsman. Engkau adalah manusia yang halus dan terampil dalam bekerja serta tidak ada yang menuduhmu sebagai orang yang tidak jujur.[2] Beliau adalah sahabat besar utama Nabi Muhammad SAW serta termasuk pula golongan As-sabiqun Al-awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman. Beliau terbunuh pada hari jum’at, tanggal 8 Dzulhijjah, tahun 35 H. bertepatan dengan tanggal 17 Juni tahun 565 M. Pada saat itu khalifah Utsman sedang membaca Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah. Hal itu terjadi karena para perusuh yang berasal dari penduduk kufah, Bashrah dan Mesirr sudah tidak sabar lagi untuk membunuh beliau, dikarenakan mereka menilai tidak adil dan tidak bijaksana terhadap kepemimpinan beliau. Diketahui bahwa selama kepemimpinan beliau, beliau banyak mengangkat kerabatnya, seperti Marwan Ibnu Al-Hakam.[3]

B. Akhlak dan Keistimewaannya

Sejak beliau masuk Islam, sifat dan akhlaknya agung, luhur, dan menjadi panutan. Ia kuat imannya, tenang, lembut, sabar, pemaaf, mulia, baik, penyayang, dermawan, solider pada kaum yang beriman, penolong kaum yang lemah, memaafkan orang yang berbuat jahat. Sampai akhir hayatnya yang ternilai syahid itu, yang paling menonjol dari akhlak Utsman (ra) adalah sifat mulia yang dikaruniakan Allah kepadanya itu. Sifatnya merupakan sumber kebaikan, kelembutan, dan kasih sayang kepada rakyat, yaitu sifat malunya. Sifatnya itu di puji oleh Rasulullah (saw) sebagaimana diriwayatkan oleh muslim dari Aisyah (ra). Aisyah berkata :

Ketika Rasulullah (saw) sedang berbaring di rumahku, kedua betisnya tersingkap lalu Abu Bakar minta izin masuk, dan dipersilahkan sedangkan beliau tetap seperti keadaanya semula, lalu mereka berbincang-bincang. Kemudian Umar minta izin masuk, dan dipersilahkan sedangkan beliau tetap seperti keadaan semula, lalu mereka berbincang-bincang, giliran kemudian Utsman minta izin masuk, maka Rasulullah (saw) duduk dan membetulkan pakaian beliau, lalu mereka berbincang-bincang, setelah orang itu keluar, Aisyah bertanya kepada Rasulullah; Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja tidak ada perhatian khusus, akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa? Belaiu menjawab : “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya”.[4]

Utsman (ra) mempunyai keistimewaan dengan tingkat malunya yang lebih tinggi. Malunya paling benar, dan para malaikat malu kepadanya. Inilah keistimewaan yang dimilikinya di atas rata-rata orang lain. Utsman (ra) adalah orang yang paling dermawan dan pemurah. Di antara kemurahan hati dan sedekah yang diberikannya di jalan Allah seperti ia menyiapkan tentara dan memberikan 940 ekor unta, 60 ekor kuda dan 10.000 dinar untuk keperluan perang tabuk. Al-Imam Ahmad dalam Fadhail Al-shahabah meriwayatkan Bahwa Utsman datang dengan membawa 1.000 dinar di bajunya, lalu ia menuangkannya di kamar Nabi (saw) ketika menyiapkan tentara di masa sulit, maka Nabi (saw) bersabda : “Utsman tidak akan jatuh miskin karena melakukan hal ini, dan di antara kedermawanannya ialah memberi sumur Raumah” yang diperuntukkan bagi kaum muslimin.[5]

Di antara sifat Utsman (ra) adalah bahwa ia merupakan orang pertama yang memperluas masjid Nabawi ketika dirasakan masjid itu tidak sanggup menampung jama’ah. Upayanya itu dilakukan sebagai jawaban dari keinginan Nabi (saw).[6]

C. Keutamaan dan Kepribadiannya

Di antara keutamaan Utsman (ra) adalah kecintaan Rasulullah (saw) kepadanya, pujian beliau kepadanya. Beliau memilihnya dinikahkan dengan dua putri beliau yaitu ruqayyah dan ummu kultsum, persaksian beliau bahwa ia adalah : penghuni surga.[7] Beliau menunjuknya sebagai delegasi yang diutus ke Mekkah untuk menemui Abu sufyan dan pembesar quraisy. Pada kesempatan itu beliau ditawan selama tiga hari dan diisukan terbunuh bersama sepuluh orang yang ikut beliau.[8]

Lebih dari itu, beliau amat berjasa dalam mengkondifikasikan al-qur’an menjadi satu mushaf seperti yang ada sekarang. Usaha ini beliau lakukan atas usul Hudzaifah bin yam yang melihat perselisihan antara penduduk syam dan irak dalam hal bacaan al-qur’an. Utsman segera membentuk tim penulisan kembali al-qur’an yang ada pada Abu Bakar. Tim itu terdiri dari Zaid bin tsabit, Sa’id bin al-Ash, Abdullah bin Zubair dan Abd al-Rahman bin Harits bin Hisyam. [9] Adapun Persaksian Umar dan sahabat lain bahwa Rasulullah (saw) wafat dalam keadaan rela pada Utsman, dan lain-lain yang secara jelas membuktikan bahwa, Utsman termasuk satu di antara orang-orang bertaqwa yang dikasihi Allah dan mendapatkan ridha’ Allah.

Adapun kepribadian beliau merupakan fenomena yang jelas bagi kemanusiaan dalam berbagai dimensi dengan karakteristik khasnya. Pada dirinya tercermin sikap kasih sayang, cinta kebaikan, dan kelembutan yang nyata. Pada dirinya juga terdapat sikap malu yang telah menjadi nalurinya. Demikianlah kepribadian mulia itu melekat pada dirinya dengan semangat Islam yang cendrung kepada kebajikan dan kasih sayang, sehingga karenanya terbukalah hati yang mengetahui ukuran kemampuan orang. Kaum muslimin mencintai Utsman (ra) dengan kecintaan yang tak pernah diperoleh melainkan hanya sedikit orang di sepanjang sejarah manusia, dan tidak ada yang membencinya kecuali orang munafik yang berhati jahat atau orang bodoh yang tidak tahu diri.10[10]

D. Kedermawanannya dalam perang tabuk

Utsman mendampingi Rasulullah dalam semua pertempuran yang pernah beliau lakukan. Tidak ada satu perang pun yang terlewatkan selain perang Badar. Dia tidak ikut serta dalam perang ini karena harus merawat istrinya yang bernama Ruqayyah sebab sakit. Saat Rasulullah Saw kembali dari Badar, dan Beliau mendapati Ruqayyah telah kembali kapangkuan Allah, maka Rasulullah menjadi amat sedih. Rasulullah Saw berbagi kesedihan dengan Utsman atas musibah yang terjadi. Maka Rasulullah Saw memasukkan Utsman kedalam golongan ahli Badar, dan mendapatkan jatah ghanimah. Kemudian Rasulullah Saw menikahkan Utsman dengan putri keduanya yang bernama Ummu Kultsum. Oleh karenanya, manusia memanggil Utsman dengan sebutan Dzun Nurain ( orang yang memiliki dua cahaya ).

Keislaman Utsman ra adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah Swt Anugerahkan kepada kaum muslimin dan juga Islam. Tidak ada kesulitan yang dirasakan oleh kaum muslimin, maka Utsman akan segera menbantu kesulitan mereka. Tidak ada satu musibah pun yang menimpa Islam, kecuali Utsman akan menjadi orang terdepan yang akan mengurangi beban yang diderita Islam. Salah satunya adalah saat Rasulullah Saw hendak melakukan perang tabuk, pada saat itu Rasulullah Saw amat membutuhkan bantuan financial sebagaimana Beliau juga membutuhkan orang-orang yang akan menjadi prajurit dalam perang ini. Sementara pasukan Romawi nemiliki prajurit yang banyak, kendaraan serta bekal yang memadai dan mereka bertempur di negerinya sendiri. Sedangkan kaum muslimin, mereka akan melalui perjalanan yang panjang dengan bekal yang sedikit dan kendaraan yang tidak memadai. Saat itu, kaum muslimin juga sedang mengalami masa peceklik, yang jarang terjadi hal seperti ini di jazirah Arab.

Dengan terpaksa, maka Rasulullah Saw menolak banyak orang yang hendak melakukan jihad dan melarang mereka untuk mencari syahadah ( mati di jalan Allah ) sebab mereka tidak memiliki kendaraan yang dapat membawa mereka ke sana. Maka orang-orang tadi kembali pulang ke tempat masing-masing dengan mata yang berlinang. Pada saat itulah Rasulullah Saw naik ke atas mimbar. Beliau memuji Allah Swt, kemudian Beliau menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan segala kemampuan mereka dan menjanjikan mereka dengan balasan yang besar. Serta Utsman berdiri dan berkata: “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya ya Rasulullah “ Kemudian Rasulullah Saw turun dari satu anak tangga mimbarnya dan Beliau terus menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan apa yang mereka punya. Maka untuk kedua kalinya Utsman berdiri dan berkata “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah “ kemudian wajah Rasul menjadi cerah, dan Beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar dan Beliau masih saja menyerukan umat Islam untuk mengerahkan apa yang mereka punya. maka untuk ke tiga kalinya berdiri dan berkata: “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya ya Rasulullah “. Pada saat itu Rasulullah mengarahkan tangannya ke arah Utsman pertanda Beliau senang dengan apa yang telah dilakukan Utsman ra. Beliau pun bersabda: “Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan”. Sebanyak dua kali, belum lagi Rasulullah Saw turun dari mimbarnya, namun Utsman sudah berlari pulang ke rumah. Ia segera mengirimkan semua unta yang ia janjikan dan disertai dengan 1000 dinar emas. Begitu uang-uang tersebut diserahkan kepangkuan Rasulullah Saw, Beliau lalu membolak-balikkan uang dinar tersebut dan bersabda: “Semoga Allah Swt akan mengampunimu, ya Utsman atas sedekah yang kau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi. Semoga Allah juga akan mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah ia ciptakan hingga terjadanya hari kiamat.[11]


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Utsman bin Affan adalah : salah satu sahabat yang paling dekat dengan Nabi (saw) dan menjadi menantunya, beliau menikahkan dua putrinya yaitu Ruqoyyah dan Ummu Kultsum, hingga ia mendapat julukan Dun-Nurain (pemilik dua cahaya). Persaksian beliau bahwa ia adalah penghuni surga,

Adapun akhlaq beliau sangat agung, luhur, dan menjadi panutan, ia kuat imannya, tenang, sabar, lembut, pemaaf, mulia, baik, penyayang dan dermawan. Bahkan malaikat pun malu terhadap beliau, Beliau juga pernah ikut Rasulullah dalam perang tabuk dan memberikan 100 unta dan 1000 dinar emas.

B. Saran

Alhamdulillah penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun dalam bentuk yang sedehana.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun usaha ke arah itu telah penulis lakukan. Namun karena tingkat kemampuan penulis yang sangat terbatas, oleh karena itu, penulis betul-betul mengharapkan kritik konstruktifnya terhadap kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, semoga apa yang telah penulis upayakan mendapatkan Ridho dari Allah SWT. Amien, ya rabbal alamiin.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmazun, Muhammad, Fitnah Kubra (tragedi pada masa sahabat) Jakarta: Al-Haramain, 1999.

Subhani, Jakfar, Sejarah Nabi Muhammad SAW, (Ar-Risalah) Jakarta: Lentera, 2006.

Nata. Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat Dan Tasawuf. Ed. I Cet, 3 Jakarta PT. Raja Gravindo Persada 1995.

Jakfarin, Rasul, Sejarah Islam, Jakarta Lentera. 2004.

Mahmudunnasir, Syed, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya, Jakarta. Lentera 2007.



[1] http: // www. Figur Publik. Com, Khalifah Ketiga Utsman bin Affan.

[2] Muhammad Ridha, Op. Cit. hlm., 12.

[3] Jurji Zaidah, Tarikh Al-Tamaddun al-Islamy, Mathaba’ah Al-Hilal, Cet. V. 1947. hlm., 66

[4] Muhammad Ahmazun, Fitnah Kubra, Jakarta: Al-Haramain 1999, hlm., 251

[5] Ibid: hlm., 254

[6] Syeed Mahmudunnasia.

[7] Ibid: hlm., 9

[8] Ibid: hlm., 17

[9] Ibid: hlm., 71

[10] Abuddin, Nata, Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf, PT Raja Gravindo Persada, 1995

[11] Ensiklopedi Islam Riwayat Tokoh Utsman bin Affan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon ... klo udah baca posting kami, jangan lupaaaaaaaaaaaa kasi komentar yaaa .... n saran konstruktif ....................


thanks yaa atas komentar kaliaaannnnnnnnnnnnnnn !!!!!